Bahasa yang digunakan dalam bisikan
pikiran berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam berbicara sehari-hari.
Bisikan pikiran terdapat di alam bawah sadar, bahasa
yang digunakan dalam bisikan pikiran sederhana, misalnya membisikkan ke dalam pikiran orang lain, atau menerima
bisikan pikiran dari orang lain
"kamu baik",
“kamu ramah",
"Si A orang baik"
"Si B bahagia"
"saya senang"
"saya berani"
dll.
"kamu baik",
“kamu ramah",
"Si A orang baik"
"Si B bahagia"
"saya senang"
"saya berani"
dll.
Manusia menganggap bahasa bisikan pikiran sama dengan bahasa lisan yang kita gunakan sehari-hari. Hal tersebut menimbulkan anggapan, jika dua orang pembaca pikiran bertemu, maka kedua orang tersebut tidak perlu berbicara karena mereka berdua dianggap bisa berbincang-bincang menggunakan pikirannya masing-masing.
Anggapan ini keliru karena bahasa pikiran sulit menggambarkan kenyataan dengan
lengkap, oleh karenanya bahasa pikiran menggunakan bahasa yang
sederhana.
Bisikan pikiran seseorang belum tentu diucapkan dan dilakukan (bisikan pikiran bergerak terus). Manusia menanggapi orang lain bukan dari yang dipikirkan orang lain, melainkan yang dilakukan dan diucapkan orang lain.
Jadi bila dua orang pembaca pikiran bertemu, maka tetap saja
berbicara secara lisan, kemampuan mereka membaca pikiran satu sama
lain digunakan sebagai pertimbangan dalam berbicara dan bergaul.
Kita dapat membisikkan ke dalam pikiran orang lain menggunakan
kalimat sederhana, dengan bahasa yang difahami oleh orang yang dituju. Misalnya,
Si A dapat membisikkan ke dalam pikiran Si B menggunakan bahasa tertentu. Bisikan itu akan sampai kepada Si B, jika Si B menguasai bahasa tersebut. Jika Si B tidak menguasai bahasa tersebut, kita dapat menggunakan cara lain, yaitu mengirimkan gambar pikiran sederhana ke dalam pikiran Si B. Gambar pikiran sederhana dapat difahami
oleh oleh Si B atau manusia lainnya yang memiliki bahasa yang berbeda.
Gambar pikiran sederhana misalnya bersalaman, wajah tersenyum, mengacungkan jempol (memuji), dan lain-lain.